Selasa, 31 Desember 2013

Perayaan Tahun baru,Perayaan maksiat

Assalammualaikum Wr.Wb.

Bro en Sis rahimakumullah,. Tema untuk mengkritisi tahun baru seperti ini sudah berulang kali dibahas. Insya Allah para pecinta dakwah nggak bakalan bosan ngingetin manusia yang nggak bosan berbuat maksiat. Selama hayat masih dikandung badan, dakwah akan terus digelorakan. Jika bukan karena ingin menggapai ridho Allah Ta’ala untuk menyelamatkan manusia lainnya dari keburukan dan kemungkaran, untuk apa capek-capek ngingetin manusia yang lupa diri dan bangga berbuat maksiat. Jadi, jika saya mengangkat tema ini lagi—dan saya yakin banyak kaum muslimin yang paham juga mengangkat tema sejenis akhir-akhir ini—maka itu bagian dari kepedulian dan cinta kepada kamu semua. Jangankan bagi kamu yang masih polos dan suka ikut-ikutan dalam berbuat, bagi mereka yang udah mulai suka ngaji pun kadang kepeleset juga dalam urusan ini. Itu sebabnya, tetap harus hati-hati bin waspada.

Mengapa tak boleh rayakan tahun baru?

Sebagai muslim, kita wajib menjadikan akidah dan syariat Islam sebagai ukuran dan rujukan dalam setiap pendapat dan perbuatan kita sehari-hari. Muslim yang beriman tentunya memiliki perhatian khusus terhadap Islam. Mungkin di antara kamu ada yang bilang, “Kan cuma merayakan biasa aja sama seperti acara lainnya, apanya yang salah?” Ya, alasan itu bisa dijawab begini: “Kan cuma pergantian waktu seperti pada umumnya, kenapa harus dirayakan—bahkan dengan hal-hal yang bernuansa maksiat. Jelas itu kesalahannya.”

Bro en Sist, perayaan tahun baru masehi bukanlah warisan ajaran Islam. Selama ini, kaum muslimin generasi terdahulu hingga sekarang yang paham tentang Islam hanya mengetahui dan meyakini bahwa hari raya dalam Islam hanya dua, yakni ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri. Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha” (HR an-Nasa’i No. 1556)

Nah, karena perayaan tahun baru bukanlah ajaran Islam, maka kaum muslimin yang merayakannya dianggap tasyabbuh (menyerupai atau meniru-niru orang kafir) dalam budaya mereka. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Menyerupai orang kafir (tasyabbuh bil kuffar) ini terjadi dalam hal pakaian, penampilan dan kebiasaan (termasuk budaya dan pendapat-pendapat mereka tentang kehidupan). Tasyabbuh di sini diharamkan berdasarkan dalil al-Quran, as-Sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’).

Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob, pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR Muslim, No. 2669)

Nah, di sisi lain, perayaan tahun baru juga bermasalah. Coba aja lihat deh, mereka yang merayakan tahun baru itu rela begadang, menyia-nyiakan waktu, dan bahkan rawan perbuatan maksiat lainnya seperti perzinaan. Orang yang merayakan tahun baru tak sekadar yang turun ke jalan lalu meniup terompet dan menyulut kembang api, tetapi ada juga yang demi merayakan tahun baru malah berzina dengan pacarnya di tempat-tempat tertentu. Seolah, tahun baru menjadi momen spesial bagi mereka. Tetapi sayangnya, yang dianggap spesial itu justru dalam berbuat maksiat.

Manfaatkan waktumu

Waktu memang ibarat pedang. Setiap detik ia memenggal kesempatan kita, dengan tak kenal kompromi. Kejam, kita rasa memang demikian. Tapi alangkah lebih kejamnya lagi apabila kita tidak memanfaatkannya untuk kebaikan. Itu namanya kita menzalimi diri kita sendiri. Sebab, ini persoalan bagaimana kita mengatur waktu yang terbatas yang diberikan oleh Allah Swt. Jangan sampai kita gunakan untuk hal-hal yang nggak ada manfaatnya.

Terbatas? Memang demikian faktanya, kawan. Andai saja usia kita di dunia ini 60 tahun. Maka itulah batas hidup kita di dunia ini. Ukuran panjang dan pendek, adalah hitungan logika kita, tapi tetap pada hakikatnya itu terbatas. Jadi, jangan sia-siakan waktumu.
Bro en Sis rahimakumullah,. Sebagai manusia, kita emang terbatas dan nggak sempurna. Itu sebabnya, kita jangan sampe melupakan siapa kita dan misi keberadaan kita di dunia ini. Ini wajib kita pahami betul, sobat. Kalau nggak? Wah, bisa kacau-beliau tuh. Coba aja perhatiin orang yang nggak sadar siapa dirinya dan misi adanya dia dunia ini, hidupnya suka semau gue. Seakan hidup nggak kenal waktu. Bahkan bagi orang yang kehidupannya diberikan kebahagiaan berlebih oleh Allah, suka lupa dan merasa ia akan hidup selamanya di dunia ini. Apalagi bila kita menjalaninya dengan serba mudah dan indah. Nikmat memang. Namun, sebetulnya kita sedang digiring  ke arah tipu daya yang bakal menyesatkan kita bila kita tak segera menyadarinya. Rasulullah saw bersabda: “Ada dua nikmat, dimana manusia banyak tertipu di dalamnya; kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)

Benar, bila badan kita sehat, segar, dan bugar, bawaannya seneng dan merasa bahwa kita nggak bakalan sakit. Kalo lagi sehat nih, diajak jalan kemana aja kita antusias (termasuk merayakan tahun baru). Makan apa aja kita paling duluan ngambil dan mungkin paling gembul. Waktu kita sehat, kita lupa bahwa kita juga bakal sakit. Nggak heran kalo kemudian kita melakukan apa saja sesuka kita, termasuk yang deket-deket dengan dosa. Kesehatan memang nikmat yang bisa menipu kita. Melupakan kita dari aktivitas yang seharusnya kita lakukan.
Begitu pula dengan kesempatan. Kalo lagi ada waktu luang, bawaan kita pengennya nyantai aja. Coba, kalo tiba musim liburan, serta merta kita bersorak kegirangan. Bukan karena kita bisa mengerjakan aktivitas yang nggak bisa dilakukan saat kita sekolah, tapi karena itu adalah semata-mata waktu luang. Kita menganggap bahwa itulah saatnya bersantai dan melepaskan beban penderitaan selama belajar di sekolah.
Belum lagi bahaya yang bakal kita terima saat kita menyia-nyiakan waktu. Paling nggak ada tiga akibat; kekosongan akal, kekosongan hati, dan kekosongan jiwa.
Orang yang nggak merasa bahwa waktu itu begitu berharga dan bernilai, maka biasanya orang tersebut malas untuk belajar. Kalo udah malas belajar, alamat akal kita kekurangan pasokan ilmu. 

Ujungnya kita bisa jadi nggak mampu memfungsikan akal kita untuk mengetahui Rabb kita, untuk mengetahui siapa kita, keberadaan kita dan mau ngapain kita di dunia. Kalo begitu, kita nggak ada bedanya sama “teman-teman” di Ragunan. Ih, amit-amit ya? Jangan sampe deh. Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.” (QS al-Anfâl [8]: 22)
Begitu pentingnya akal ini, hingga Umar bin Khattab radhiallaahu ‘anhu pernah mengatakan, “Pokok dasar seseorang adalah akalnya, keluhurannya adalah agamanya, dan harga dirinya adalah akhlaknya.” Tuh, catet ya!
Tuh, buktinya sekarang. Ketika banyak orang ngasih nasihat agar jangan merayakan tahun baru, ternyata banyak juga yang tak mempedulikannya. Tak lagi dianggap sebagai bentuk peringatan, malah dilecehkan.
Kalo kamu mulai menyia-nyiakan waktumu, maka itu artinya kamu sudah mengarahkan langkah kamu ke dalam jurang kehancuran. Kosong akal, kosong hati, dan kosong jiwa. Kalo udah begitu, alamat kehidupan ini terasa garing dan nggak bermakna. Padahal, kehidupan di dunia ini cuma sesaat dan amat semu. Jadi, mulai sekarang dewasalah Bro en Sis. -Nggak usah ikut-ikutan merayakan tahun baru, nggak ada manfaatnya. Sebaliknya hal itu justru membawa mafsadat (kerusakan) bagi akidah kita, juga kepribadian kita. Hindari dan jauhi pesta jahiliyah tersebut. Ok? Sip! [Faghfirlana | Twitter@FaghfirlanaAlFa]



Minggu, 01 Desember 2013

Hayoooo M!K!R!N Apaan?!



Proses berpikir :)

Pernah g’sih kamu mikir kalo kamu dulunya g’da sebelum dilahirkan ke dunia ini n kamu diciptain dari sebuah ketiadaan?

Coba bayangin aja deh kalo gempa bumi mungkin aja datang tiba-tiba pas kamu baru tidur or baru mandi. Trus ditambah rumahmu ato sekolahanmu ancur sampe rata ma tanah pahadal cuma tempo beberapa detik aja kamu udah kehilangan segala sesuatunya yang kamu punya di dunia ini?

Kamu ngerasa g’sich kalo hari-harimu berlalu sangat cepat, kamu pun lambat laun berubah jadi makin tua (hayooo…sapa yang ngerasa tua?) n ngerasa lemah, juga kehilangan ketampanan ato kecantikan, kesehatan or kekuatanmu?
Udah siap belom sih kalo suatu hari nanti, malaikat Izroil yang diutus ma Allah akan datang menjemput untuk bawa kamu meninggalkan dunia ini?

Nah kalo gitu, koq bisa sih orang-orang g’sadar-sadar kalo kehidupan dunia yang sebentar lagi ni akan mereka tinggalin? Padahal seharusnya mereka jadiin kehidupan dunia ni sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat? Tanya kenapa? Jawab sendiri aja ya? Pusing…eit..eit dulu, g’segitunya kali. Mm….keliatan tuh kamu jarang berpikir. Hayo ngaku? Lho koq maksa?

Gini ya, manusia adalah makhluk yang diciptain ma Allah paling sempurna dari mahluk-mahluk laennya. Buktinya aja setiap orang punya akal untuk berpikir pa ja yang dia suka, mahluk yang laen mana punya akal. Tapi sayang, kebanyakan mereka g’ gunain sarana yang amat sangat teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian orang hampir jarang banget buat mikir. Koq gitu bangetz sich?

Sebenarnya, setiap orang punya tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri g’ nyadar. Pas mulai gunain kemampuan berpikir, kita perlu syarat2 berpikir biar makin sip aja gito…Pa ja sih syarat2nya:

1. Ada fakta ato kenyataan
2. Indera-indera, hayo da berapa? Jangan lupa loh?
3. Otak
4. Informasi sebelumnya (ma’lumat as-sabiqoh)

Smua di atas ini supaya bisa mikirin apa ja yang mo kamu pikirin…Tapi, ada juga lho macam-macam berpikir, mo tau kan?

1. Berpikir Dangkal
Adalah seseorang yang berpikiran pendek di mana dia cuma mikirin sesuatu hal yang g’da gunanya. Berpikir kayak gini bisa ngakibatin qt kecewa loh! Contohnya: putus cinta ya bunuh diri aja deh (Hii….Na’udzubillahimindzalik!!!)

2. Berpikir Mendalam
Adalah seseorang yang berpikirnya setengah-setengah di mana dia cuma mikir yang nangung2 alias setengah2 ja. Berpikir kayak gini juga bisa ngakibatin qt kecewa loh! Contohnya: kalo putus cinta ni, dia cari cowok lagi deh, yang lebih keren ‘n lebih tajir getoh….g’ lah yaw?

3. Berpikir Cemerlang
Adalah seseorang yang berpikirnya menyeluruh alias lengkap…kap…kap…dimana dia mikirin sampe sedetail-detailnya. Nah…berpikir kayak gini g’bikin qt kecewa loh. Percaya deh?! Contoh: kalo putus cinta ya disyukuri aja deh coz dalam Islam pan g’ ada yang namanya pacaran. Takut juga loh kalo ngelanggar perintah Allah ntar kalo diazab gmn?

So.....yang paling pengenin dimiliki semua orang ya…berpikir cemerlang-lah, trus dalam pikiran cemerlang qt pasti akan terbesit juga tentang 3 pertanyaan mendasar dalam hidup, yaitu:

1. Dari mana kamu berasal?
2. Apa tujuan kamu hidup?
3. Akan ke mana kamu setelah hidup?

Dari 3 pertanyaan mendasar itu bisa kamu jadii ARAH HIDUP kamu di dunia ni. Trus pa ja yang kamu lihat ato pa ja kejadian ato peristiwa yang kamu temui bisa dijadiin RENUNGAN, kalo sebenernya qt tu g’da pa2nya di dunia ni. Qt tu kecil bangetz deh kalo diliat dari pucuk Gunung Kidul eh Gunung Merapi maksudnya. Kalo manusia g’mikirin kayak gini, berarti dia tuh udah sombong bangetz. Padahal tau g’sih, apa aja perkataan n perbuatan qt di dunia ni bakalan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah; percuma aja deh kalo kamu sadarnya pas di akherat, smua udah telat bangetz, ya g’bakal balik lagi ke dunia. Kata Allah "Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan,"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24) .Ayo…deh mulai sekang TOBAT aja ya! Caranya? Ya ngobrol Islam kayak gini donk ahh…Sumpeh deh!

Tau g’sih Allah tu udah baek bangeeetz deh ma qt. Mo bukti? Sampe skarang ja kamu masih bisa baca tulisan ni. Berarti kamu masih dikasih kesempatan buat hidup kan? Coba tanyain, kamu masih hidup g’? “Maksudnya?”

Berpikirlah trus diambil kesimpulan or pelajaran-pelajaran dari pa ja yang kita temui buat memahami kebenaran, so menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan qt di akhirat kelak. Alasan inilah, Allah ngewajibin seluruh manusia, melalui para Nabi n’ Kitab-kitab-Nya, untuk mikirin n’ ngerenungin penciptaan n pengaturan kehidupan ni.

Kata Allah "Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakkan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: . So rajin belajar ya biar selalu berlatih buat berpikir, yaah supaya g’pikun gito .Okay?


I$lam,I'm in LOVE





Huhuy! Kesannya gimanaa gitu. Bukan sulap bukan sihir, dan ini juga bukan judul film tandingan Eiffel, I'm in Love..he.he. Ini sekadar judul yang semoga saja ‘efek'-nya bisa lebih dalem lagi tentang perasaan cinta kita kepada Islam. Tul nggak sih? Moga juga bikin kamu tambah kesengsem kepada Islam. Karena apa? Karena jatuh cinta sama Islam bikin segalanya tampak indah. Bener lho, kagak bo'ong!

Sobat muda muslim, banyak jalan untuk jatuh cinta. Banyak ragam cara kita menemu-kan cinta. Itu sebabnya, nggak usah heran bila akhirnya banyak pula yang langsung lengket-masket kepada apa yang dia cintai. Jatuh hati setengah mati.

Nah, ngomong-ngomong soal Islam, ternyata banyak manusia yang tergoda dan akhirnya tulus mencintai agama Allah yang risalahnya dibawa Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi wa Salam. Abisnya, pesona Islam bikin hidup lebih hidup sih. Jadi, siapa pula yang tega menelantarkannya? Kayaknya itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang nggak kenal sama Islam dan satu lagi, yang membenci Islam. Setuju? Kudu! (maksa banget neh, hehe!)

Tipe yang manakah kamu? Kayaknya masih mending deh kalo sekadar belum kenal sama Islam. Itu bisa kita upayakan untuk mengenal-nya lebih dekat, lebih dalem, dan lebih intim. Kata pepatah, “tak kenal maka ta'aruf” Hehehe.. bener dong. Kalo nggak kenal ya, kita kenalan. Biar tambah kenal. Terus, ujungnya kita bisa sayang tuh. Betul?

Sobat muda muslim, bagaimana rasanya orang yang sedang dirundung rasa suka? Wuih, kayaknya kamu mah udah paham banget di level ini. Bawaannya seneng mulu kan? Bikin kita enak tidur dan enak makan kan? Bisa juga kita bangga memilikinya kan? Bahkan sangat boleh jadi kita bakalan rela berkorban demi cinta kita kepada yang sedang kita cintai. Nggak cuma rela ngorbanin perasaan, tapi ikhlas dan ridho kalo harus mengorbankan nyawa yang cuma satu-satunya ini. Bener lho.

Islam, agama yang sudah malang-melintang selama lebih dari 14 abad ini banyak yang mencintainya, meski kudu diakui bahwa banyak juga yang membencinya. Kenapa? Karena kehadirannya bagi yang memiliki akal sehat dan nalar yang cerdas, Islam adalah sebuah kenikmatan luar biasa. Tapi bagi mereka yang akalnya turun sampai ke jempol kaki, dan nalarnya jongkok, ditambah hawa nafsu yang menjadi panglimanya, maka Islam layak untuk dibenci. Jadi, ini bergantung sudut pandang dan tentunya keimanan saja. Memang benar, bahwa kita harus menilai sesuatu itu secara objektif. Sebab kalo berat sebelah, itu namanya subjektif. Nggak cocok jadi wasit neh. Hehe.. Buktinya? Jangan heran kalo kecintaan kita yang berlebih kepada seseorang, akan menggelapkan penilaian kita kepadanya. Kalo cinta udah terpatri di dada, kita bisa dikalahkan oleh cinta. Celakanya, kalo pun doi berbuat salah, rasanya nggak pantes untuk dikasih masukan berupa saran dan kritik. Celaka ‘kali dikau, bah! Sebaliknya juga sama, kalo kita udah benci sama seseorang, rasanya orang tersebut pasti salah aja di mata kita. Meski adakalanya dia memiliki kebenaran. Nah, jangan sampe kita seperti itu.

Tapi Broooh, cinta kita kepada Islam, ini persoalan yang lain daripada yang lain. Karena apa? Karena Islam adalah agama yang dijamin kebenarannya oleh Allah. Agama ini diemban risalahnya oleh Nabi Muhammad saw. Jelas, Islam berasal dari sumber yang nggak mungkin lagi salah. Itu sebabnya, kecintaan kita kepada Islam, bukan lagi menggelapkan mata istilahnya, tapi mencerahkan hidup kita. Ujungnya, kita akan taat kepada seluruh ajaran Islam dan bahkan kita ingin menyampaikan kebenaran Islam ini kepada siapa pun dengan segala kemampuan yang kita miliki. Tentunya, ini sebagai bukti kecintaan kita kepada Islam, Rasulullah Sallallahu'alaihi wa salam., dan juga Allah Subhanahu wa Ta'ala. Begitu sobat.

Bukan cinta biasa...

Sobat muda muslim, Salman al-Farisi demi cintanya kepada kebenaran. Ia rela mencari agama yang sanggup mencerahkan pikiran dan mengobati kegundahan jiwanya.
From Persia With Love . Yup, boleh dibilang Salman al-Farisi begitu. Sebab, dengan cinta di dada untuk mencari kebenaran, beliau rela jauh-jauh dari Persia berkelana sampe terdampar di Madinah. Bertemu Rasul dan masuk Islam. Kecintaannya kepada Islam mengalahkan kepercayaannya sebagai kaum penyembah api. Yes, Salman meninggalkan agama Majusi (Zoroaster).

Dikau tahu Mush'ab bin ‘Umair? Duh, sahabat Rasulullah saw. yang satu ini ridho ninggalin istana megahnya demi cintanya kepada Islam. Rela mencampakkan pakaian indah dan gelimang harta. Islam, mampu menenggelamkan segala kenikmatan dunia lainnya.
Mush'ab bin ‘Umair adalah orang pertama yang diutus Rasulullah saw. untuk membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada masyarakat Madinah. Mush'ab menemani 12 orang laki-laki Madinah setelah Bai'at ‘Aqabah pertama.

Alhamdulillah, Islam kemudian tersebar cepat di Madinah, hingga membuat Rasulullah Sallallahu'alaihi wa salam gembira dan memikirkan untuk hijrah ke sana sekaligus menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Subhanallah , begitulah jika cinta sudah terpatri kuat di hati. Islam memang layak kita cintai, kita bela, dan kita perjuangkan.

Drama ke-hidupan bersama Islam yang dimainkan para sahabat Rasulullah Sallallahu'alaihi wa salam dalam membela Allah, Rasul-Nya, dan tentunya juga Islam sungguh sangat mengagumkan. Suatu ketika Zaid bin Datsinah bersama lima sahabat lainya diutus Rasulullah menemani sekelompok kecil kabilah untuk mengajarkan Islam ke kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail tersebut. Waktu itu, negara Islam sudah berdiri. Kejadiannya pasca Perang Uhud. Sayangnya, enam utusan Rasulullah saw. itu dikhianati. Tiga di antaranya syahid. Tiga lagi menjadi tawanan dan dijadikan budak untuk dijual (termasuk Zaid bin Datsinah). Waktu itu, Zaid hendak dibeli oleh Shafwan bin Umayyah, untuk kemudian dibunuh sebagai balasan atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf, yang tewas di tangan kaum Muslimin saat Perang Badar. Bales dendam nih ceritanya.

Zaid ditanya oleh Abu Sufyan: “Hai Zaid, aku telah mengadukanmu kepada Allah. Sekarang, apakah engkau senang Muhammad berada di tangan kami menggantikan tem-patmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluargamu?”
“Demi Allah!” jawab Zaid lantang, “Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya, sementara aku duduk-duduk dengan keluargaku.”
Abu Sufyan terkesan banget tuh dengan kata-kata Zaid. Bibirnya menyungingkan senyuman sinis sambil bilang, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muham-mad,” kata Abu Sufyan geram di tengah kekagumannya. Kemudian, Zaid pun dibunuh. Subhanallah , ini memang bukan cinta biasa.

Membela dan memperjuangkan Islam, sebagai bentuk kecintaan kepada agama Allah ini, membuat Khubaib, temannya Zaid yang juga diutus Rasulullah dalam misi tersebut, rela melepaskan nyawanya. Sebelum syahid, beliau memandang musuh-musuh Allah dengan marah sambil meneriakkan doa, “Ya Allah, sesung-guhnya telah sampai kepada kami risalah Rasul-Mu, maka besok sampaikan kepadanya apa yang membuat kami demikian. Ya Allah, hitunglah (bilangan) mereka (dan lemparkan mereka) berkali-kali, bunuhlah mereka dengan sekali lumat, dan janganlah Engkau biarkan mereka hidup seorang pun dari mereka!” Mendengar teriakan Khubaib, mereka menjadi gemetar. Dengung suara itu seolah merobek-robek nyawa mereka. Kemudian, Khubaib pun dibunuh.
Ini baru sahabat Rasulullah saw. bagai-mana dengan Rasulullah saw.? Ini salah satu kisahnya. Simak yaw…

Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin Aisyah ra? Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. ( Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441 ): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah ber-sentuhan dengan kulitku, dia ber-kata, “Ya, Aisyah, izinkan aku ber-ibadah kepada Rabbku.” Aku ber-kata, “Aku sesung-guhnya senang me-rapat denganmu, tetapi aku senang meli-hatmu beribadah kepada Rabbmu.”Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,”Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal. “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”

Demi cintanya kepada Allah, dan juga agama ini, Rasulullah saw. sanggup menge-sampingkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Subhanallah . Sekali lagi, ini bukan cinta biasa!

Kenali, sayangi!!!!

Kalo udah kenal, rasa sayang itu dengan sendirinya akan muncul. Bahkan rasa sayang itu bisa diterjemahkan kebih dalem lagi, yakni dengan pembelaan dan perjuangan. Hebat sekali bukan? Gimana caranya kenal sama Islam? Seperti halnya Rasulullah saw. mengutus Mush'ab bin ‘Umair untuk mengajarkan Islam, maka satu-satunya cara mengenal Islam adalah dengan mempelajarinya. Jadi, ngaji. Suer, dengan belajar kita jadi tahu segalanya. Waktu kita SD, kita nggak tahu huruf abjad, nggak bisa nyebutin angka 1 sampe 10, juga nggak mengenal bagaimana indahnya bersahabat. Itu semua karena kita mau belajar.

Minggu, 03 November 2013

Mau Move ON setelah putus Cinta?

Inget dulu bro!
1. Kita nggak bakal mati cuma gara- gara ditinggal pergi 
Sedih gara- gara putus cinta # saaah, nggak lagi- lagi deh. Tampillah dengan jantan bro, tunjukkan kalau kamu cuma butuh 6 jam buat nangis, 3 hari buat ngemil beling, dan... # ah sudahlah, hee... Tunjukkan kepada dunia kalau kamu malah jadi lebih baik dan nggak ngelakuin hal-hal aneh kaya' anak paud korban broken home.  
Jodoh itu sudah ada yang ngatur, dan bakal datang disaat yang tepat, dan sama orang yang tepat juga. So, kalau dia pergi berarti dia bukan yang terbaik buat kamu, atau mungkin kamu terlalu baik buat dia #GR sambil lempar poni. Ingat yang di firmankan Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 216, yang artinya "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
Boleh jadi kamu sedih, protes, sama yang terjadi sama kamu sekarang. Tapi siapa yang bisa ngerti kalau ternyata ini adalah yang terbaik buat kamu, kecuali Allah SWT aja tentunya. Be positif aja sob!
2. Penganut move on garis keras
Banyak temen kita diluaran sana yang punya cara ekstrim buat ngatasin rasa sakit. Ingat kisah Alviss Kong dari negara tetangga yang bunuh diri habis putus cinta sama pacarnya?. Apa lagi dia sempat update status sebelum akhirnya lompat dari lantai 14 apartemennya.
Hal kaya' gini juga banyak dilakuin loh sama teman-teman kita disini. Terbukti sampai salah satu stasiun TV menyiarkan kalo menurut komnas perlindungan anak, dari 37 kasus bunuh diri remaja hampir 50 persen gara-gara putus cinta.
Pertanyaannya sob, apa masalahmu bakal kelar kalau sudah ngelakuin hal yang beginian?. Nggak kan? So, jadilah penganut move on garis keras yang tetep menjaga keseimbangan ekosistem hati, dengan nggak pakai pake acara nyimpan dendam,  nangkring di tower sambil nyiletin tangan, apalagi niat pengen nge-cut hidup kamu sendiri. Hidup emang warna- warni, sob. nikmatin aja, caranya ?"...hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang *QS. Ar-Ra'd ayat 28.
3. Cinta bisa di akhiri, tapi utang tetep dibawa mati
Ini artinya, nggak cuma masalah cinta yang kudu kita pikir. Yang udah lewat ya udah lah ya. Sekarang kita kudu mikir hal yang jauh lebih penting, mikir tagihan listrik contohnya #alah. Karena sob, terbukti loh idup emang nggak hanya masalah hati kita doank. Lagian peduli atau nggak, yang namanya pacaran tetaplah dosa yang bakal nambah daftar hitam catatan amal kita entar. Nah ini nich yang justru dipikirin, gimana nge-deletenya. Inilah yang justru harusnya banyak menyita waktu dan pikiran kita. dan bukan malah nangis bombay mengharu biru #efeknontonfilmkorea
4. Jomblo bejo 
Kita hidup kudu banyak syukur sob, betul? apapun itu syukuri, betul?. Termasuk ketika kita kudu putus cinta. Mikirnya positif aja sob. Paling nggak sekarang nggak ada pacar yang minta pulsa, nggak ada lagi yang rempong minta laporan mulu kita lagi dimana, sama siapa, pake baju apa, dan mati dimana. Kita bisa nikmatin idup bebas dan bisa ngelakuin hal-hal yang positif. Jadi ubah mindset kamu, dan selalu bersyukurlah... Allah terlalu penyayang buat nggak sayang orang se unyu kamu. 
5. Pengangguran galau
Sob, akan susah buat kamu move on kalau kamu nggak nyoba untuk sibuk dan ngelakuin hal- hal yang efektif lainnya. Bisa dilihat deh, para pengangguran biasanya lebih rentan ngelakuin hal negatif, karena memang nggak ada yang mereka pikir selain cuma hal itu. Kalau kamu sibuk, otomatis pikiran kamu bakal fokus ke hal- hal yang ada gunanya, bakal ketemu temen baru dan dapat pengalaman baru. Yang begini yang akan membuat suasana hati kamu lebih fun. salah satu hal yang pasti menyibukkan kita, adalah ngelakuin perbaikan diri, bukan hanya biar kita nambah asyik dihadapan sesama, tapi juga tambah takwa dihadapan Allah.
Intinya sob, putus cinta itu biasa, pacaran itu justru yang luar biasa... dosanya. Jadi emang lebih baik bagi kita buat nge-cut aktifitas ini, biar hidup tambah sehat, dan hati nambah kuat. Lihat diri kita sekarang, dulu kita bayi dan sekarang udah gedhe.  Harusnya kita pun juga nambah dewasa, nambah adem, asyik dan nggak terlalu yang ribet mikirin sesuatu, apalagi cuma ribet masalah cinta. Tanya kenapa? karenakita bukan bayi lagi yang cuma bisa nangis aja. Kita yang gedhe ini harusnya ngerti kalau udah ada tanggung jawab yang nantinya bakal ditanya sama Allah.
Sob, orang yang dewasa adalah mereka yang bisa menikmati masalahnya, berdamai dengan diri sendiri setelah itu jadi pemenang dengan keluar dari masalah itu. Apapun masalah kamu, masalah hanya sekedar masalah. Tapi intinya adalah diri kamu sendiri yang siap apa nggak ngadepin masalah itu. Saat kamu kehilangan siapapun yang kamu sayang sob, ingat aja Allah akan tetap bersama kamu dan menemani kamu.